
1. Route Summarization adalah
peringkasan beberapa rute/jalur yang ada di routing table menjadi rute yang
lebih sederhana agar kinerja router menjadi lebih baik ketika harus memilihkan
rute yang paling tepat bagi paket data (user traffic). Istilah lain bagi Route
Summarization adalah Agregasi Rute.
2. meringkas settingan router statis
pada router dengan syarat tertentu.
Contoh: apabila ada 2 IP
192.168.1.0 dan 192.168.2.0 dan berada di subnet mask 255.255.255.0 (/24) maka
bisa di singkat dengan 192.168.0.0 dengan subnet mask 255.255.252.0 (/22),
untuk perhitungan nya lihat gambar di bawah ini :
selanjutnya langsung ke pengaturan
router. seperti gambar di bawah ini dengan packet tracer:
Setting router 1
Router>ena
Router#conf t
Enter configuration commands, one per
line. End with CNTL/Z.
Router(config)#int fa0/0
Router(config-if)#ip add 172.16.3.1
255.255.255.0
Router(config-if)#no shut
Router(config-if)#exit
Router(config)#int ser2/0
Router(config-if)#ip add 172.16.2.1
255.255.255.0
Router(config-if)#no shut
Router(config-if)#exit
Router(config)#ip route 192.168.0.0
255.255.252.0 ser2/0 (Route
Summarization)
Router(config)#ip route 172.16.1.0
255.255.255.0 ser2/0
Router(config)#exit
Setting router 2
Router>ena
Router#conf t
Enter configuration commands, one per
line. End with CNTL/Z.
Router(config)#int fa 0/0
Router(config-if)#ip add 172.16.1.1
255.255.255.0
Router(config-if)#no shut
Router(config)#int ser 2/0
Router(config-if)#ip add 172.16.2.2 255.255.255.0
Router(config-if)#clock rate 64000
Router(config-if)#no shut
Router(config-if)#exit
Router(config)#int ser3/0
Router(config-if)#ip add 192.168.1.2
255.255.255.0
Router(config-if)#clock rate 64000
Router(config-if)#no shut
Router(config-if)#exit
Router>ena
Router#conf t
Router(config)#ip route 172.16.3.0
255.255.255.0 ser 2/0
Router(config)#ip route 192.168.2.0
255.255.255.0 ser3/0
Setting router 3
Router>ena
Router#conf t
Router(config)#int fa0/0
Router(config-if)#ip add 192.168.2.1
255.255.255.0
Router(config-if)#no shut
Router(config-if)#exit
Router(config)#exit
Router#conf t
Router(config)#int ser 2/0
Router(config-if)#ip add 192.168.1.1
255.255.255.0
Router(config-if)#no shut
Router(config)#exit
Router>ena
Router#conf t
Router(config)#ip route 172.16.0.0
255.255.252.0 ser2/0 (Route
Summarization)
Router(config)#exit
Setelah selesai pengaturan router
selanjutnya rubahlah IP komputer masing-masing sesuai dengan Gatway pada router
yang terhubung:
Setting ip pada pc
PC 1
Ip add : 172.16.3.2
SM
: 255.255.255.0
GT
: 172.16.3.1
PC 2
Ip add : 172.16.1.2
SM
:255.255.255.0
GT
: 172.16.1.1
PC 3
Ip add : 192.168.2.2
SM
: 255.255.255.0
GT
: 193.168.2.1
Dan untuk yang terakhir ping-kan semua
PC satu dengan PC lainnya apabalia seperti gambar di bawah ini, Berarti Routing
Statis dengan Summary Route Anda berhasil :
1.PC 1 ke PC 2
2. PC 1 ke PC 3
3. PC 2 KE PC 1
4. PC 2 ke PC3
5. PC 3 ke PC 1
6. PC 3 ke PC2
subnet-subnet discontiguous
O alah satu masalah yang sering dihadapi dengan protokol routing
classful adalah kebutuhan untuk mendukung subnet tdk berhubungan. Sebuah
subnet ation adalah dua atau lebih bagian dari jaringan utama yang dibagi oleh
jaringan besar lain. Gambar 3.3 menggambarkan konsep.
Seperti ditunjukkan, jaringan utama 10.0.0.0 dibagi oleh jaringan
192.168.10.0. Saat menjalankan protokol routing classful, RIP misalnya,
setiap router percaya bahwa jaringan utama yang terkandung sepenuhnya di luar
antarmuka. Oleh karena itu, router di sebelah kiri percaya bahwa seluruh
10.0.0.0 jaringan tersedia di luar interface yang terhubung ke kiri. Hal
yang sama berlaku untuk router di sebelah kanan.
Administrator dapat menyelesaikan masalah subnet ation dengan
menggunakan terowongan, atau antarmuka sekunder, untuk menghubungkan
dua bagian dari jaringan utama. Ini, pada dasarnya, membuat dua
jaringan yang berdekatan. Sebuah solusi yang lebih baik adalah dengan
menggunakan routing protokol tanpa kelas yang dapat meringkas dan akurat
menjaga informasi mengenai dua bagian dari jaringan. Ini juga avails VLSM
dan fitur lainnya ke jaringan dan biasanya menyederhanakan administrasi.
Jaringan Discontiguous dapat diatasi dengan pemetaan statis dan teknik
lain; Namun, ini dapat menyebabkan lubang hitam. Konsep
ini disajikan dalam Bab 13; Namun sebentar, lubang hitam dapat
meninggalkan jaringan unreachable bawah berbagai skenario kegagalan.
·
cara terbaik
untuk melakukan pengalamatan dan subnetting
Pada kesempatan ini, saya akan berbagi ilmu dengan para pembaca
tentang IP Address dan Subnetting. Apa itu IP Address ?
IP Address merupakan suatu identitas
numerik yang dilabelkan pada suatu alat seperti komputer, router atau printer
yang terdapat dalam suatu jaringan komputer yang menggunakan internet protocol
sebagai sarana komunikasi. IP Adress juga memiliki beberapa fungsi yaitu :
·
Sebagai alat identifikasi host atau antarmuka pada jaringan
·
Sebagai alamat lokasi jaringan
IP address dinyatakan
dalam struktur bilangan biner yang terdiri atas 32 bit dengan bentuk sebagai
berikut.
xxxxxxxx.xxxxxxxx.xxxxxxxx.xxxxxxxx
Contoh: 11000000.00001010.00011110.00000010
Agar kita mudah membaca IP
address, maka 32 bit bilangan itu dibagi ke dalam 4 segmen yang masing-masing
berisi 8 bit. Kedelapan bit itu bisa disebut oktat.
Selanjutnya, setiap oktat diterjemahkan ke dalam bilangan
decimal. Misalnya:
11000000 = 192
00001010 = 10
00011110 = 30
00000010 = 2
00001010 = 10
00011110 = 30
00000010 = 2
Adapun nilai terbesar dari 8 bit adalah 11111111 atau sama
dengan 255. Dengan demikian, jumlah IP
address seluruhnya adalah 255 x
255 x 255 x 255. Struktur IP
address terdiri atas dua bagian
yaitu bagian networkID dan hostID.
NetworkID menunjukkan ID alamat
jaringan tempat host-host berada, sedangkan hostID adalah bagian yang
menunjukkan host itu berada. Sederhananya, networkID seperti nama jalan
sedangkan hostID adalah nomor rumah dijalan tersebut.
IP Address juga mempunyai dua pengalamatan yang berbeda atau
versi dari IP Address :
·
IP versi 4 (IPv4) yang
terdiri dari 32-bit dan bisa menampung lebih dari 4.294.967.296 host di seluruh
dunia, contoh nya yaitu 172.146.80.100, jika host di seluruh dunia melebihi
angka 4.294.967.296 maka dibuatlah IPv6.
·
IP versi 6 (IPv6) yang
terdiri dari 128-bit, IP ini 4x dari IPv4, tetapi jumlah host yang bisa
ditampung bukan 4x dari 4.294.967.296, melainkan 4.294.967.296 pangkat 4, jadi
hasilnya 340.282.366.920.938.463.463.374.607.431.768.211.456.
Organisasi yang mengatur alokasi IP address adalah IANA (Internet Assigned Number
Authority), sehingga IANA lah yang mengatur penetapan parameter
protokol internet negara-negara di dunia.
Untuk memudahkan dalam pembagiannya maka IP address dibagi-bagi ke dalam
kelas-kelas yang berbeda, yaitu sebagai berikut.
1. Kelas A terdiri atas 8 bit untuk network
ID dan sisanya 24 bit digunakan untuk host ID, sehingga IP address kelas A
digunakan untuk jaringan dengan jumlah host sangat besar. Rentangan IP – nya
antara 1 sampai 126.
·
Karakteristik IP Kelas A
Format
: 0NNNNNNN.HHHHHHHH.HHHHHHHH.HHHHHHHH
Bit
pertama : 0
NetworkID : 8 bit
HostID : 24 bit
Oktat pertama : 0 – 127
Jumlah network : 126 (untuk 0 dan 127 dicadangkan)
Rentang IP : 1.x.x.x – 126.x.x.x
Jumlah IP address : 16.777.214Contoh: IP address 120.31.45.18 maka :
NetworkID : 8 bit
HostID : 24 bit
Oktat pertama : 0 – 127
Jumlah network : 126 (untuk 0 dan 127 dicadangkan)
Rentang IP : 1.x.x.x – 126.x.x.x
Jumlah IP address : 16.777.214Contoh: IP address 120.31.45.18 maka :
NetworkID
= 120
HostID = 31.45.18
Jadi, IP diatas mempunyai host dengan nomor 31.45.18 pada jaringan 120.
HostID = 31.45.18
Jadi, IP diatas mempunyai host dengan nomor 31.45.18 pada jaringan 120.
2. Kelas B terdiri atas 16 bit untuk
network ID dan sisanya 16 bit digunakan untuk host ID, sehingga IP address
kelas B digunakan untuk jaringan dengan jumlah host tidak terlalu besar.
Rentangan IP – nya antara 128 sampai 191.
·
Karakteristik IP Kelas B
Format
: 10NNNNNN. NNNNNNNN.HHHHHHHH.HHHHHHHH
Bit
pertama : 10
NetworkID : 16 bit
HostID : 16 bit
Oktat pertama : 128 – 191
Jumlah network : 16.384
Rentang IP : 128.1.x.x – 191.255.x.x
Jumlah IP address : 65.534
NetworkID : 16 bit
HostID : 16 bit
Oktat pertama : 128 – 191
Jumlah network : 16.384
Rentang IP : 128.1.x.x – 191.255.x.x
Jumlah IP address : 65.534
Contoh: IP address 150.70.60.56 maka :
NetworkID
= 150.70
HostID = 60.56
Jadi, IP diatas mempunyai host dengan nomor 60.56 pada jaringan 150.70
HostID = 60.56
Jadi, IP diatas mempunyai host dengan nomor 60.56 pada jaringan 150.70
3. Kelas C terdiri atas 24 bit untuk
network ID dan sisanya 8 bit digunakan untuk host ID, sehingga IP address kelas
C digunakan untuk jaringan berukuran kecil. Kelas C biasanya digunakan untuk
jaringan Local Area Network atau LAN. Rentangan IP – nya antara
192 sampai 223.
·
Karakteristik IP Kelas C
Format
: 110NNNNN.NNNNNNNN. NNNNNNNN.HHHHHHHH
Bit
pertama : 110
NetworkID : 24 bit
HostID : 8 bit
Oktat pertama : 192 – 223
Jumlah network : 2.097.152
Rentang IP : 192.0.0.x – 223.255.225.x
Jumlah IP address : 254
NetworkID : 24 bit
HostID : 8 bit
Oktat pertama : 192 – 223
Jumlah network : 2.097.152
Rentang IP : 192.0.0.x – 223.255.225.x
Jumlah IP address : 254
Contoh: IP address 192.168.1.1 maka :NetworkID
= 192.168.1
HostID = 1
Jadi, IP diatas mempunyai host dengan nomor 1 pada jaringan 192.168.1.1
Jadi, IP diatas mempunyai host dengan nomor 1 pada jaringan 192.168.1.1
Tabel
: Jumlah networkID dan hostID
Kelas
|
Antara
|
Jumlah
jaringan
|
Jumlah
Host Jaringan
|
A
|
1
s.d. 126
|
126
|
16.777.214
|
B
|
128
s.d. 191
|
16.384
|
65.534
|
C
|
192
s.d. 223
|
2.097.152
|
254
|
Tabel
: Rentang IP address untuk setiap kelas
Kelas
|
Alamat
Awal
|
Alamat
Akhir
|
A
|
XXX.0.0.1
|
XXX.255.255.255
|
B
|
XXX.XXX.0.1
|
XXX.XXX.255.255
|
C
|
XXX.XXX.XXX.1
|
XXX.XXX.XXX.255
|
Host
Addressing
Setiap host di dalam suatu
network mempunyai alamat (ID) yang unique. Pada setiap jaringan harus diberi ID
(alamat) untuk membedakan antara jaringan yang satu dengan jaringan yang lain,
jika jaringan-jaringan tersebut saling berhubungan.
Suatu
host ada dua alamat:
·
Alamat Jaringan (Network Address/Network Number))
·
Alamat Host (Host Address/Host Number)
ID
suatu host secara global ditulis dengan cara : alamat network terlebih dahulu,
diikuti dengan alamat host. Contoh:
·
3.12 -> 3 adalah alamat network
·
12 adalah alamat host di dalam network tersebut
Kemudian saya juga akan membahas tentang konsep
dari subnetting dalam IP Address. Konsep subnetting merupakan teknik yang
digunakan di Internet untuk mengefisienkan alokasi IP Address dalam sebuah
jaringan supaya bisa memaksimalkan penggunaan IP Address.Subnetting juga dilakukan untuk mengatasi perbedaan hardware dan media fisik yang digunakan dalam suatu network. Router IP dapat mengintegrasikan berbagai network dengan media fisik yang berbedahanya jika setiap network memiliki address network yang unik. Selain itu, dengan subnetting, seorang network administrator dapat mendelegasikan alokasi IP address untuk host di seluruh departemen dari suatu perusahaan besar kepada setiap departemen, untuk memudahkannya dalam mengatur keseluruhan network.
Setelah membuat subnet secara fisik, kita juga harus membuat subnet logic. Masing-masing
subnet fisik setiap departemen harus mendapat subnet
logic yang berbeda, berupa
network address yang merupakan bagian (sub) dari network address perusahaan.
Suatu subnet didefinisikan dengan mengimplementasikan masking
bit (subnet mask) kepada IP Address. Struktur subnet mask sama dengan struktur IP Address, yakni
terdiri dari 32 bit yang dibagi atas 4 segmen. Bentuk subnet mask adalah urutan
bit 1, diikuti bit 0. Jumlah bit 1 menentukan tingkat subnet mask. Tabel
berikut memberikan beberapa contoh harga subnet mask.
No
|
Subnet
Mask (Biner)
|
Desimal
|
Hexa
|
Tingkat
|
1
|
11111111.11111111.00000000.00000000
|
255.255.0.0
|
FF.FF.00.00
|
16
bit
|
2
|
11111111.11111111.11111111.00000000
|
255.255.255.0
|
FF.FF.FF.00
|
24
bit
|
3
|
11111111.11111111.11111111.10000000
|
255.255.255.128
|
FF.FF.FF.80
|
25
bit
|
4
|
11111111.11111111.11111111.11000000
|
255.255.255.192
|
FF.FF.FF.C0
|
26
bit
|
5
|
11111111.11111111.11111111.11100000
|
255.255.255.224
|
FF.FF.FF.E0
|
27
bit
|
Tabel 1. Contoh Subnet Mask
Bit 1 pada subnet mask berarti mengaktifkan
masking (on), sedangkan bit 0 tidak aktif (off). Bit-bit dari IP Address yang
“ditutupi” oleh bit-bit subnet mask yang aktif dan bersesuaian akan diinterpretasikan
sebagai bit network.Sebagai contoh kita ambil satu IP Address kelas A dengan nomor 44.132.1.20. Dengan aturan standard, nomor network IP Address ini adalah 44 dan nomor host adalah 132.1.20. Network addressnya adalah 44.0.0.0 dan broadcast addressnya 44.255.255.255.
Network tersebut dapat menampung maksimum lebih dari 16 juta host yang terhubung langsung. Misalkan pada address ini akan dikenakan subnet mask sebanyak 16 bit (desimal = 255.255.0.0, hexa = FF.FF.00.00 atau biner = 11111111.11111111.00000000.00000000).
Perhatikan bahwa pada 16 bit pertama dari subnet mask tersebut berharga 1, sedangkan 16 bit berikutnya 0. Dengan demikian, 16 bit pertama dari suatu IP Address yang dikenakan subnet mask tersebut akan dianggap sebagai bit network. Nomor network akan berubah menjadi 44.132 dan nomor host menjadi 1.20. Kapasitas maksimum host yang langsung terhubung pada network menjadi sekitar 65 ribu host.
Subnetmask di atas identik dengan standard IP Address kelas B.
Dengan menerapkan subnet mask tersebut pada satu network kelas A, dapat dibuat
256 subnetwork baru (44.1.xxx.xxx, 44.2.xxx.xxx, 44.3.xxx.xxx dst. sampai
44.255.xxx.xxx) dengan kapasitas masing-masing subnet setara dengan satu
network kelas B. Network address dan broadcast address untuk setiap network
berubah, karena komposisi bit-bit host dan bit-bit network juga berubah.
Penerapan subnet yang lebih jauh, misalnya 24 bit (255.255.255.0 atau
FF.FF.FF.00) pada kelas A akan menghasilkan 2562 network (lebih dari 65 ribu network)
setara kelas C dengan kapasitas masing-masing subnet sebesar 256 host. Network
kelas A, B atau C juga dapat dibagi-bagi lagi menjadi beberapa subnet dengan
menerapkan subnet mask yang lebih tinggi seperti 25 bit, 26 bit atau 27 bit
dst. Jangan lupa bahwa setiap melakukan subnetting, maka network address dan
broadcast address akan berubah.
Sebagai penutup, kita akan membahas contoh kasus
(sebenarnya merupakan “true story”) dari alokasi IP Address untuk penerapan di LAN. NIC telah mendelegasikan pemakaian satu network kelas B
dengan nomor 167.205.xxx.xxx untuk untuk dipakai di ITB, dibawah koordinator
Onno W Purbo. Langkah selanjutnya, IP Address tersebut di distribusikan kepada
pihak-pihak yang ingin bergabung ke Internet melalui gateway Internet di ITB.
Untuk jurusan maupun instansi yang mempunyai beberapa LAN, diberikan satu
subnet setara kelas C. Jadi, contoh alokasinya sebagai berikut :
167.205.0.xxx
Reserved
167.205.1.xxx
Jurusan A
167.205.2.xxx
Jurusan B, dst.
Misalnya, jurusan Teknik Elektro ITB mendapat alokasi subnet
167.205.7.xxx. (256 buah nomor IP Address). Dengan pendelegasian ini, maka IP
Address 167.205.7.xxx tidak bisa dipakai lagi oleh instansi manapun, selain di
lingkungan Jurusan Elektro. Penggunaan IP Address 167.205.7.xxx ini pun
dikoordinasi oleh seorang kordinator lokal. Dengan demikian, koordinator utama
tidak lagi ikut mengatur pemakaian subnet ini. Selanjutnya, koordinator IP Address
di jurusan Elektro membuat subnet lagi yang lebih kecil, karena terdapat
beberapa Laboratorium yang memiliki LAN di lingkungan Jurusan. Pertimbangan
pembagian ini adalah berapa jumlah LAN yang ada dan berapa jumlah komputer pada
setiap LAN serta prediksi jumlah tersebut dalam beberapa tahun mendatang.
Setelah didapat data mengenai jumlah komputer, konfigurasi
subnetmask yang sesuai dapat segera dicari. Untuk subnet 167.205.7.xxx, kita
memiliki 24 bit network yang sudah tetap dan 8 bit host (pada segmen terakhir)
sebagai variabel. Sekarang mari kita pandang segmen terakhir ini sebagai
bilangan biner, sehingga penulisannya menjadi 167.205.7.hhhhhhhh (h=bit untuk
host). Untuk membuat subnet yang lebih kecil dari subnet 167.205.7.hhhhhhhh
ini, beberapa bit pertama dari 8 bit host ini harus diambil sebagai bit
network, sisanya tetap sebagai bit host. Beberapa alternatif untuk menentukan
tingkat subnetting yang akan digunakan adalah :
No
|
Komposisi
|
Tinjauan
8 bit terakhir
|
Tinjauan
keseluruhan 32 bit
|
1
|
hhhhhhhh
|
seluruh bit tetap menjadi bit
host (bit network=0, bit host=8). Kita hanya memiliki 1 buah (20)
subnetwork yang berkapasitas 256 host (28).
|
Bit network = 24 dan bit host =
8. Tingkat masking adalah 24 bit (netmask 255.255.255.0)
|
2
|
nhhhhhhh
|
bit network=1, bit host=7. Kita
memiliki 2 buah (21) subnetwork yang berkapasitas 128 host (27)
|
Bit network = 25 dan bit host =
7. Tingkat masking adalah 25 bit (netmask 255.255.255.128)
|
3
|
nnhhhhhh
|
bit network=2, bit host=6. Kita
memiliki 4 buah (22) subnetwork yang berkapasitas 64 host (26)
|
Bit network = 26 dan bit host =
6. Tingkat masking adalah 26 bit (netmask 255.255.255.192)
|
4
|
nnnhhhhh
|
bit network=3, bit host=5. Kita
memiliki 8 buah (23) subnetwork yang berkapasitas 32 host (25)
|
Bit network = 27 dan bit host =
5. Tingkat masking adalah 27 bit (netmask 255.255.255.224)
|
5
|
nnnnhhhh
|
bit network=4, bit host=4. Kita
memiliki 16 buah (24) subnetwork yang berkapasitas 16 host (24)
|
Bit network = 28 dan bit host =
4. Tingkat masking adalah 28 bit (netmask 255.255.255.240)
|
Tabel
2. Beberapa Alternatif Tingkatan Subnetting
Diperkirakan, jumlah komputer maksimum yang tersambung di dalam
setiap LAN tidak akan melebihi 30 buah. Oleh karena itu, pemilihan subnetmask
yang tepat untuk ini adalah 27 bit (255.255.255.224 atau FF.FF.FF.E0), yang
berarti jumlah bit host adalah 5. Maka, subnet 167.205.7.xxx tadi dipecah
menjadi 8 buah subnet baru yang lebih kecil. Setiap subnet baru terdiri dari 32
IP Address. Namun demikian, yang dapat dipakai oleh host pada subnet tersebut
adalah 30 buah. Ingat bahwa address paling awal dalam setiap subnet (seluruh
bit host bernilai 0) diambil sebagai network address dan address paling akhir
(seluruh bit host bernilai 1) sebagai broadcast address. Dapat dilihat pada
Tabel 3.
Subnet
|
Struktur
IP Address
|
Network
Address
|
Broadcast
Address
|
Subnet
1
|
(167.205.7).000hhhhh
|
167.205.7.0
|
167.205.7.31
|
Subnet
2
|
(167.205.7).001hhhhh
|
167.205.7.32
|
167.205.7.63
|
Subnet
3
|
(167.205.7).010hhhhh
|
167.205.7.64
|
167.205.7.95
|
Subnet
4
|
(167.205.7).011hhhhh
|
167.205.7.96
|
167.205.7.127
|
Subnet
5
|
(167.205.7).100hhhhh
|
167.205.7.128
|
167.205.7.159
|
Subnet
6
|
(167.205.7).101hhhhh
|
167.205.7.160
|
167.205.7.191
|
Subnet
7
|
(167.205.7).110hhhhh
|
167.205.7.192
|
167.205.7.223
|
Subnet
8
|
(167.205.7).111hhhhh
|
167.205.7.224
|
167.205.7.255
|
Tabel 3. Pembagian Net 167.205.7.xxx menjadi 8 buah
Subnet
Setelah mendapatkan angka-angka di atas, pendelegasian IP
address dapat dilakukan. Contoh pembagiannya adalah sebagai berikut :
1. subnet 1
(167.205.7.0) untuk LAN pada Tata Usaha
2. subnet 2
(167.205.7.32) untuk LAN pada Laboratorium B
3. subnet 3
(167.205.7.64) untuk LAN pada Laboratorium C, dst.
Jika jumlah 30 host dalam satu subnet juga masih terlalu besar,
kita dapat menggunakan masking 28 bit, yang berkapasitas 16 buah IP Address
dalam setiap subnet (jumlah host maksimum 14 buah). Hal ini dilakukan untuk
efisiensi IP Address, terutama jika jumlah yang kita miliki sangat terbatas.
Perhatikan bahwa jika kita hanya memiliki 10 buah komputer pada LAN yang
berkapasitas 30 host (penerapan masking 27 bit), maka 20 IP address lainnya
yang belum/tidak terpakai tidak dapat dipakai pada LAN lain, karena akan
mengacaukan jalannya routing.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar